Google

Google

VIDEO

My Lovely Family

Minum Racun Dari Kali Surabaya 7 Pabrik Sumbang 86 Persen Limbah

Surabaya-Pencemaran yang semakin menjadi-jadi di Kali Surabaya tidak cukup diobati dengan
sebungkus Perda tentang kualitas air, atau penegakan hukum terhadap pencemar. Tanpa membunuh virusnya dengan mengusir pabrik pencemar, seumur hidup jutaan warga Surabaya akan minum air PDAM dari sumber yang racunnya mematikan ini.
Para pegiat lingkungan Kali Surabaya selama ini dibekali alat khusus untuk menakar kualitas air kali Surabaya. Sambil menyusuri sungai anak Kali Brantas ini dan mencelupkan alat ini di air, monitor digital segera bisa membaca. Semakin ke hilir air Kali Surabaya semakin kental dengan setumpuk jenis bahan pencemar. Padahal di hilir, pipa-pipa penyedot air baku PDAM menangkapnya 24 jam untuk diolah dan kemudian salurkan ke setiap rumah.

Dua indikator pencemaran itu yaitu indikator pencemar organik alias diochemical oxygen demand (BOD) dan indikator pencemaran kimia atau chemical oxygen demand (COD) menjadi salah satu yang menjadi ukuran. Tidak perlu heran jika di alat monitor BOD dan COD menunjukan kurva yang terus merangkak naik ketika mencelupkan alat semakin ke hilir.

BOD dan COD di alat ini meningkat tajam mulai kilometer 45 sampai kilometer 20. Hal ini menunjukkan adanya aliran lain (dari Kali Tengah dan air limbah lainnya) sepanjang kurang lebih 25 km yang mempengaruhi kualitas air Kali Surabaya.

Samua perlu curiga terhadap sejumlah industri diantara 25 kilometer aliran yang mempu menyulap air sungai menjadi selokan limbah. Pengamatan sederhana ini setidaknya bisa menggambarkan industri mana yang memiliki saham besar pembuang limbah mematikan ini.

“Ada tujuh pabrik di sepanjang 25 kilometer itu yang diduga membuang limbah logam berat,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Biologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton, Prigi Arisandi, Selasa (18/3). Saya juga membuktikan sendiri dengan menghitung jumlah pabrik raksasa itu.

Temuan penelitian Deputi VII menteri Lingkungan hidup yang saya terima belakangan menguatkan dugaan ini. Bahkan perincian dan nama pabrik pencemar, plus indikator BOD, COD, dan temperatur (temp).

Antara lain itu terekam jelas. yaitu PT AS, PT Sp, PT SAK, PT Mw, PT SM, PT S, dan PT KS.
Saya tidak akan menyodorkan angka-angka indikator tersebut karena diyakini bakal membingungkan. Namun sekadar menjadi catatan empat dari tujuh pabrik ini adalah perusahaan pembuat kertas, sisanya adalah perusahaan penyedap rasa, perusahaan peleburan besi, dan satu lagi perusahaan pembuatan peralatan dapur dari logam.

Dari pipa pembuangan empat perusahaan inilah sumber aroma pesing bercampur anyir plus warna air yang tiba-tiba berubah merah atau kuning kadang-kadang menyembur. Hampir semua warga di sekitar pabrik ini pernah melihatnya. “Sudah lama praktik ini terjadi, mungkin lebih lima tahun limbahnya dibuang ke sungai,” kata Sumiati, seorang warga yang ditemui Surya di bantaran kawasan Driyorejo Gresik.

Tangan hukum tidak berindak? Surya menemukan sejumlah catatan tulisan berita beberapa tahun lalu, bahkan sejak 2006 tiga di antaranya ternyata sudah sempat diseret ke meja penyidikan polisi yaitu PT SAK, PT AS, dan PT M.

Ini melengkapi. sedikitnya 12 perusahaan raksasa mulai pabrik kayu lapis hingga pembuatan sepeda yang ditangkap tangan karena membuat limbah logam cair. Namun sebagian di antaranya tetap beroperasi membuang limbah ke Kali Surabaya. klipung berita menunjuukkan paling berat ganjaran para pencemar ini hanya Rp 4 juta.

Perkiraan beban pencemaran dari penelitian Kementrian Lingkungan hidup semakin membuat merinding bulu kudu. Dijelaskan total beban pencemaran yang masuk ke Kali Surabaya mencapai 3,1 ton BOD dan 6,8 ton COD per jam. Beban pencemaran sebesar ini ini mampu menimbulkan efek buruk pada musim kemarau katika debit air tak lebih 18 m3/detik.Sementara pada musim penghujan mencapai 30-40m3/det.

Di musim sulit air membuat air sungai menjadi pekat oleh limbah cair. Akibatnya kerap terjadi ikan mati karena keracunan. Sejak 1999 hingga 2008 telah terjadi 40 kali ikan mati massal. sementara kebutuhan air PDAM tidak mengenal musim. ''Apa menunggu manusia mati massal karena mengonsumsi air PDAM dari Kali Surabaya, sehingga pemerintah serius bertindak,'' timpal Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Biologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton, Prigi Arisandi./Kuncarsono Prasetyo

Tidak ada komentar: